Jumat, 04 Mei 2012

Tips Kecantikan

Tips Kecantikan


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Posted: 03 May 2012 03:45 PM PDT

Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).

1. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.

Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.

Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.

2. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar
jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara
terpisah.

Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

2.1. Perhatian

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.

Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.

2.2. Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.

Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.

Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.

2.3. Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah "ingatan" selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.

Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan "titian ingatan" juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.

Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.

Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.

2.4. Berfikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang "selengkapnya" tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

2.5. Motif

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat "self competition", yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

Cara Hemat Listrik Pada Lemari Es

Posted: 03 May 2012 03:47 AM PDT

Cara Hemat Listrik Pada Lemari Es, Pembelian lemari es yang baru adalah suatu pembelian peralatan dapur yang utama. Sekarang ini, membeli kulkas jauh lebih mudah karena beragam keunggulan sudah ada di kulkas yang paling ekonomi sekalipun. Tidak bersuara sudah dilengkapi kemampuan menghilangkan bunga es, mudah dibersihkan hingga kemampuannya dalam menghemat energi.
Semua sudah menjadi standar almari es. Dibawah ini ada beberapa tips agar lemari es Anda hemat energi :

Baca petunjuk buku terlebih dahulu, Anda akan temukan berbagai tips untuk membantu Anda untuk
menggunakan lemari es yang lebih efisien.

Jika debu atau rambut binatang kesayangan mengumpul dibagian mesin dan motor lemari es. Motor
harus bekerja lebih keras dan akan menggunakan banyak listrik.

Bersihkan mesin dan motor lemari es secara teratur, dan meyakinkan bahwa udara dapat beredar dengan bebas disekitarnya. Karena motor dan penekanan menghasilkan panas Anda harus meluangkan ruang yang cukup disekitar lemari es Anda untuk udara beredar dengan bebas. Jika panas tidak bisa keluar, sistim penyejuk harus bekerja lebih keras dan menggunakan lebih banyak listrik.

Jika mengisi lemari es, pastikan Anda tidak memuat hingga melewati pintu dan rak lemari es. Jika udara tidak bisa beredar di lemari es, pemakaian energi akan menjadi kurang efisien. Meyakinkan bahwa karet penutup disekitar pintu bersih dan ditutup rapat. Jika menutup pintu, karet penutup harus bisa memegang selembar kertas pada tempatnya. Jika kertas dengan muda keluar, berarti sudah waktunya untuk ganti karet tersebut.

Menghindari lemari es Anda dari sumber panas dan sedikitnya 5 hingga 7 cm menjauhi dari dinding sehingga udara dapat beredar. Wallahua’lam..

Emosi Ternyata Mempengaruhi Kesehatan Kulit

Posted: 02 May 2012 03:46 PM PDT

Emosi Ternyata Mempengaruhi Kesehatan Kulit

Emosi Ternyata Mempengaruhi Kesehatan Kulit

Kulit yang indah dan sehat, tentu akan membuat pemiliknya menjadi merasa nyaman dan menarik selain juga meningkatkan kepercayaan diri. Hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang memiliki kulit tidak sehat.

Seseorang yang memiliki emosi yang cenderung positif, aka mempengaruhi kulit mereka sehingga terlihat bersinar dan sehat. Hal ini karena pelindung kulit berfungsi dengan normal, kulit juga terhidrasi dengan baik, serta aliran darah yang mengalir lancar.

Sebaliknya, emosi yang negatif akan merudak kulit dalam berbagai cara. Misalnya, ketika stress tanpa sadar Anda akan menggigit-gigit kuku. Pada sebagian orang, stress juga dapat menyebabkan penguapan berlebih pada kulit. Hal ini karena saat stress seseorang cenderung melupakan urusan merawat kulit mereka. Mereka cenderung kurang energi dan motivasi untuk merawat kulit karena sibuk memikirkan permasalahan, yang justru akan memperburuk kesehatan kulit.

Dalam kondisi stress, seseorang akan cenderung makan lebih banyak, merokok, minum alkohol, semua kebiasaan tersebut akan menyebabkan kulit kering, tampak pucat, dan tidak sehat.

Emosi yang negatif yang menyebabkan stress, berbagai penyebabnya adalah lingkungan, pola diet yang salah, kurang olahraga, kurang tidur, sakit, tekanan yang berat. Stress akan memicu pembentukan hormon stress, adrenaline, kortisol, dan DHEA, yang akan menyebabkan berbagai perubahan pada kulit, yakni :

1. Meningkatkan produksi sebum atau minyak yang menyebabkan penyumbatan pori-pori,whitehead, dan blackhead.

2. Mengganggu kemampuan kulit untuk memperbarui atau meregenarasi kulit,membuatnya lebih rentan terserang infeksi. Selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem imune.

3. Meningkatkan produksi agen inflamasi neuropeptide, yang membuat kulit menjadi sensitive. Hal ini dapat memicu kulit menjadi kemerahan, terasa perih, dan gatal. Pelepasan neurpeptidan dan senyawa yang diproduksi akibat stress dapat ditekan dengan managemen stress yang baik, seperti yang diutarakan oleh seorang dermatologis.

4. Memperburuk masalah kulit yang sudah ada seperti jerawat, psoriasis, eczemas, dermatitis, dan lain-lain.

5. Selain pada kulit, stress juga berdampak pada rambut. Saat stress, memicu rambut berada pada fase telogen –rambut rontok. Telogen effluvium merupakan permasalahan rambut yang dapat terjadi apabila stress berlangsung lama hingga 1-3 bulan.

6. Mempercepat proses penuaan. Response stress menyebabkan keseimbangan funsi tubuh terganggu, yang menyebabkan terganggunya regulasi sekresi hormon, kemampuan regenerasi sel, dan produksi kolagen. Hal ini akan memicu timbulnya keriput, pigmentasi, dan garis-garis wajah.

>> Solusi

Meskipun tidak mungkin menghindari stress dalam hidup, namun ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memanagemennya agar tidak mempengaruhi kesehatan kulit.

Jangan lupakan kebiasaan mencuci muka, sekalipun Anda sedang merasa tidak enak, atau dalam kondisi emosi yang labil.
Perhatikan pola makan Anda! HINDARI mengkonsumsi gula, kafein, junk food, merokok, dan alkohol secara berlebihan, saat sedang stress.
Belajar teknik relaksasi, seperti menahan nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, dapat juga dengan meditasi dan yoga, untuk menenangkan pikiran.
Lakukan pemijatan pada tubuh agar lebih relak, atau dengan melakukan perawatan spa.
Beralihlah ke hobby Anda apabila sedang stress. Lupakan sejenak pikiran yang berat agar lebih relax.

0 komentar:

Posting Komentar